Malam ini bukan sekadar malam perayaan. Ini adalah malam kemenangan sejati—bukan hanya bagi mereka yang berpuasa, tetapi bagi jiwa-jiwa yang telah berjuang. Ramadhan telah mengajarkan kita banyak hal: tentang kesabaran, tentang ketulusan, tentang makna kembali kepada Allah.
Kini, saat gema takbir menggema, ada pertanyaan yang harus kita renungkan:
Apakah kita telah keluar dari Ramadhan sebagai pribadi yang lebih baik?
Malam ini adalah waktu yang tepat untuk menatap ke dalam hati, merenungkan perjalanan yang telah kita lalui, dan menetapkan langkah baru agar cahaya Ramadhan tidak padam begitu saja.
Ramadhan adalah hadiah yang begitu berharga. Bayangkan, berapa banyak orang yang tahun lalu masih bisa berpuasa, namun tahun ini tak lagi bersama kita? Namun, Allah masih memberi kita kesempatan.
Maka, tanyakan pada diri sendiri:
Jika ada satu saja kebaikan yang bertambah dalam diri kita, bersyukurlah! Itu adalah tanda bahwa Allah masih membimbing kita.
Jangan biarkan Ramadhan hanya berlalu sebagai rutinitas tahunan. Mari lihat kembali diri kita:
Jika jawabannya “iya,” maka pertahankan! Jika masih ragu, maka jangan biarkan perubahan itu menguap begitu saja.
Ramadhan boleh usai, tapi perjalanan kita belum selesai. Kini saatnya menetapkan komitmen baru:
Menjadikan shalat tepat waktu sebagai prioritas utama.
Tetap menjaga hubungan dengan Al-Qur’an, walau hanya satu halaman sehari.
Melanjutkan kebiasaan qiyamul lail, meski hanya dua rakaat.
Mengubah sedekah dari “kadang-kadang” menjadi “selalu.”
Membersihkan hati dari iri, dengki, dan amarah.
Karena sejatinya, kemenangan Idul Fitri bukan tentang hari ini saja, tetapi tentang bagaimana kita melangkah setelahnya.
Hari ini banyak orang saling mengucapkan “Mohon maaf lahir batin.” Tapi, apakah maaf kita tulus? Apakah kita benar-benar telah melepaskan beban di hati?
Jika masih ada luka yang tertinggal, malam ini adalah waktu terbaik untuk melepasnya. Ingatlah, seorang yang hatinya bersih dari dendam adalah orang yang ringan melangkah menuju ridha Allah.
Jangan biarkan malam ini berlalu tanpa doa yang tulus. Angkat tanganmu, biarkan hatimu berbicara:
“Ya Allah, jangan biarkan Ramadhan ini berlalu begitu saja tanpa meninggalkan jejak dalam diri kami. Jika dosa kami telah Kau ampuni, jangan biarkan kami kembali mengotorinya. Jika hati kami telah Kau lembutkan, jangan biarkan ia kembali membatu. Bantu kami tetap istiqomah, tetap dekat dengan-Mu, tetap berjalan di jalan cahaya-Mu. Ya Allah, angkat derajat kami, jadikan kami hamba yang lebih baik, dan pertemukan kami dengan Ramadhan-Mu lagi di tahun yang akan datang.”
Malam ini bukan akhir, tapi awal. Mari kita buktikan bahwa Ramadhan bukan hanya ritual tahunan, tetapi titik balik menuju maqom yang lebih mulia di sisi-Nya.