البَابُ السَّادِسُ فِي فَضِيلَةِ الْوُضُوءِ
Bab Keenam: Tentang Keutamaan Wudhu
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلَاةِ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ، فَإِنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ خَطَايَاهُ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.
“Barangsiapa berwudhu untuk salat, lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian berdiri untuk salat, maka ia keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari ketika ia dilahirkan oleh ibunya.”
Sumber Shahih Muslim, Kitab Thaharah, Bab Fadhil Wudhu, Hadits no. 245.
وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلَاةِ، وَصَلَّى، كَفَّرَ اللهُ ذُنُوبَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الصَّلَاةِ الْأُخْرَى الَّتِي تَلِيهَا.
“Barangsiapa berwudhu untuk salat, kemudian salat, maka Allah akan menghapus dosa-dosanya antara salat itu dan salat berikutnya.”
Sumber: Shahih Muslim, Kitab Thaharah, Bab Fadhil Wudhu, Hadits no. 552.
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
مَنْ نَامَ عَلَى وُضُوءٍ، فَأَدْرَكَهُ الْمَوْتُ فِي تِلْكَ اللَّيْلَةِ، فَهُوَ عِندَ اللهِ شَهِيدٌ.
“Barangsiapa tidur dalam keadaan berwudhu, lalu ia wafat pada malam itu, maka ia di sisi Allah adalah syahid (mati syahid).”
Sumber: Musnad Ahmad, Hadits no. 21575.
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
النَّائِمُ الطَّاهِرُ كَالصَّائِمِ الْقَائِمِ.
“Orang yang tidur dalam keadaan suci (berwudhu) seperti orang yang berpuasa dan mendirikan salat malam.”
Sumber: Diriwayatkan oleh Abu Manshur al-Dailami dalam Musnad al-Firdaus dari hadits ‘Amr bin Harits. Namun, sanad hadits ini lemah.
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
مَنْ تَوَضَّأَ عَلَى طُهْرٍ، كُتِبَ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ.
“Barangsiapa berwudhu dalam keadaan sudah suci (memperbarui wudhunya), maka dituliskan baginya sepuluh kebaikan.”
Sumber: Musnad Ahmad, Hadits no. 219.
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَا وُضُوءَ لَهُ، وَلَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ.
“Tidak sah salat bagi orang yang tidak berwudhu, dan tidak sah wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah padanya.”
Sumber: Sunan Abu Dawud, Hadits no. 101.
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
الْوُضُوءُ شَطْرُ الْإِيمَانِ.
“Wudhu adalah separuh dari iman.”
Sumber: Shahih Muslim, Kitab Thaharah, Bab Fadhil Wudhu, Hadits no. 223.
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
صِبْغَةُ الْوُضُوءِ مَرَّةً، فَمَنْ تَوَضَّأَ مَرَّتَيْنِ كَانَ لَهُ كِفْلَانِ مِنَ الْأَجْرِ، وَمَنْ تَوَضَّأَ ثَلَاثًا، فَهُوَ وُضُوءُ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي.
“Membasuh dalam wudhu sekali adalah sah. Barangsiapa membasuh dua kali, maka baginya dua bagian pahala. Dan barangsiapa membasuh tiga kali, itulah wudhunya para nabi sebelumku.”
Sumber: Sahih Muslim, Hadits No. 253 (Kitab al-Taharah)
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
لَا يَقْبَلُ اللهُ صَلَاةَ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ، حَتَّى يَتَوَضَّأَ.
“Allah tidak akan menerima salat salah seorang dari kalian jika ia berhadas, sampai ia berwudhu kembali.”
Sumber: Sahih Muslim, Hadits No. 225 (Kitab al-Taharah)
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
الْوُضُوءُ عَلَى الْوُضُوءِ نُورٌ عَلَى نُورٍ.
“Berwudhu di atas wudhu (memperbarui wudhu) adalah cahaya di atas cahaya.”